@article{Budiani_Abdurahman_Rizki_2020, title={Hubungan Antara Perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Respon Kemoterapi Neoadjuvan Kombinasi Doksorubisin pada Penderita Kanker Payudara Lanjut Lokal di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung}, volume={48}, url={https://jibiikabi.org/index.php/Jibi-ikabi/article/view/61}, DOI={10.46800/jibi-ikabi.v48i2.61}, abstractNote={<p><strong>Latar Belakang :</strong> Kanker payudara merupakan kanker dengan insidensi tertinggi pada wanita di Indonesia. Kemoterapi saat ini merupakan salah satu modalitas terapi yang digunakan dalam penatalaksanaan kanker payudara. Salah satu regimen yang paling banyak digunakan adalah Doksorubisin. Perubahan berat badan selama kemoterapi dapat berhubungan dengan prognosis yang buruk pada pasien kanker baik itu kenaikan berat badan ataupun penurunan berat badan.</p> <p><strong>Tujuan :</strong>  Mengetahui hubungan antara perubahan indeks massa tubuh (IMT) dengan respon  kemoterapi  pada penderita kanker payudara lanjut lokal yang telah menjalani kemoterapi neoadjuvan kombinasi Doksorubisin  6 siklus.</p> <p><strong>Metode :</strong> Rancangan  penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik <em>cross-sectional</em> prospektif yaitu untuk mengetahui pengaruh perubahan indeks massa tubuh (IMT) terhadap respon kemoterapi neoadjuvan kombinasi Doksorubisin pada penderita kanker payudara lanjut lokal. Penelitian dilakukan di Poliklinik Bedah Onkologi dan ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung periode April 2019 sampai dengan Agustus 2019. Pasien kanker payudara yang akan menjalani kemoterapi dengan regimen Doksorubisin dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan ukuran tumor di awal siklus, setelah follow up 6 siklus kemoterapi diukur kembali berat badan, tinggi badan, dan ukuran tumor kemudian dinilai respon kemoterapi.</p> <p><strong>Hasil </strong>: Didapatkan hasil untuk kelompok dengan respon kemoterapi sebanyak 49 atau sebesar 81,7% dan kelompok tidak respon sebanyak 11 atau sebesar 18,3%. Rata-rata usia pasien adalah 47,9 ± 8,79 dengan stadium IIIA sebanyak 27 atau sebesar 45,0% dan IIIB sebanyak 33 atau sebesar 55,0%. Untuk IMT awal memiliki rata-rata sebesar 25,9±4,00, dengan kategori berat badan kurang sebanyak 3 atau sebesar 5,0%, kisaran normal sebanyak 13 atau sebesar 21,7%, berisiko sebanyak 14 atau sebesar 23,3%, obesitas tingkat I sebanyak 27 atau sebesar 45,0% dan obesitas tingkat II sebanyak 3 atau sebesar 5,0%. Untuk perubahan IMT memiliki rata-rata sebesar -1,04±1,719 kg/m<sup>2</sup>. Terdapat perubahan berat badan pada kedua kelompok yaitu pada kelompok respon, BB berkurang sebanyak 35 atau sebesar 71,.4%, BB tetap sebanyak 5 atau sebesar 10,2% dan BB bertambah sebanyak 9 atau sebesar 18,4%.Pada kelompok tidak respon, kategori BB berkurang sebanyak 5 atau sebesar 45,5%, BB tetap sebanyak 3 atau sebesar 27,3% dan BB bertambah sebanyak 3 atau sebesar 27,3%.</p> <p><strong>Kesimpulan :</strong> Perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) tidak menunjukkan kemaknaan terhadap respon kemoterapi maka dapat disimpulkan perubahan IMT tidak berpengaruh terhadap respon kemoterapi pada penderita kanker payudara lanjut lokal yang menjalani kemoterapi neoadjuvan kombinasi Doksorubisin</p>}, number={2}, journal={Jurnal llmu Bedah Indonesia}, author={Budiani, Kiki and Abdurahman, Maman and Rizki, Kiki A}, year={2020}, month={Dec.}, pages={3–21} }